Friday 3 July 2009

Ujung-Ujungnya “Let it Flow” Ajalah………

Beberapa hari lalu, ketika saya sedang ngobrol haha hihi sambil melepas lelah sepulang kerja di kost teman, ehm…. dia lebih akrab disapa “mbah, eyang” tiba-tiba ada seorang teman lain mengirim SMS mengajak saya keluar makan siomay. Ufh… malas sebenarnya karena saya sudah kekenyangan. Tapi karena serentetan pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk menerima ajakannya. Karena lokasi kita berjauhan, kita putuskan untuk bertemu di resto, tepatnya di utara pasar Ngasem. Entah, saya lupa namanya. Setelah bertegur sapa, kami memesan siomay dan mencari tempat duduk.

Bukan semata-mata karena lezatnya siomay itu sehingga saya lupa kalo sebenarnya sudah kekenyangan tapi perbincangan kami. Wahh wahh saya gak tau harus komentar apa tentang “terawangannya”. Yah… teman saya itu mengatakan sesuatu tentang diri saya. Bukan karena dia sok tau tapi dia berkata seperti itu karena telah membaca nama saya. Oh my God!!! Sumpah ya… saya kaget karena hampir 70 % apa yang dia ungkap tentang diri saya itu benar adanya. Huhu…. Seperti merasa ditelanjangi, happy, marah tapi juga was-was. Secara garis besar dia berkata tentang karakter, pekerjaan, dan potensi saya.

Tentang karakter, dan potensi diri mungkin saya sudah bisa “memahami” karena cukup mengenal diri saya. Tapi tentang pekerjaan. Nah itu yang membuat saya tidak tenang, gelisah, ingin mendebat, tapi ada yang sepakat dan antara pesimis serta berusaha untuk optimis. Bisa dibilang, saya terbilang baru menjadi seorang pekerja, karyawan karena memang baru saja lulus. Meskipun sebenarnya dari SMP sudah bisa cari duit sendiri.

Uhh sial… Jujur perkataan dia malah membuat saya takut. Secara khusus, dia menggaris bawahi bahwa saya tidak cocok bekerja pada perusahaan, terikat oleh institusi tapi lebih cocok untuk berwiraswasta, ato menulis. Oo….o…. “Dari yang aku baca, soal kerjaan paling banyak muncul. Dan di situ terbaca kalo kamu gak cocok bekerja di perusahaan tapi lebih cocok kalo berwiraswasta, ato menulis. Kenapa??? Karena kamu orangnya bosenan, dan banyak ide. Jadi mending kamu nulis aja, yakin dehh… kalo kamu tekuni kamu akan sukses di situ!”

Hew…. Beberapa detik saya diam. “Memang benar saya mudah bosan dan tidak tahan dengan rutinitas termasuk jam kerja, inginnya independent, tidak suka terlalu diatur, dan moody.” Soal ini saya setuju sekali.

“Tuh kan bener” sambungnya lagi.
“Btw di sini kamu kerja sampe kapan?” Tanyanya lagi
“Akhir Juli. Aku dikontrak 2 bulan”
“Setelah itu…?”
“Ehm… aku ditawari kerjaan di Semarang” dan bla…bla…bla…
Perkataanya yang paling mengganggu adalah “Ngapain jauh-jauh ke sana, paling 3-4 bulan kamu uda bosen dan balik ke Jogja lagi. Mending kerja di sini aja”
“Wahh kok gitu mas…?” Saya protes tidak sepakat dengan pendapatnya. Ini hidup saya, ini pekerjaan saya. Tentu saya telah mempertimbangkan, dan sudah mendiskusikan dengan orang tua juga.
“Iya, coba kamu inget kata-kataku. Lihat besok.”
Ha….?? Saya cuma bisa memandang wajahnya, dan melihat tajam ke arah matanya.
“ Mas soal waktu, dalam arti saya mau bertahan sampai kapan, saya memang gak bisa pastikan (wallahuallam) tapi yang jelas saya lihat ini sebagai kesempatan. Dan menjanjikan prospek yang bagus ke depannya maka saya ambil. At least…. saya bisa tambah link, ”
“Loo… kalo Cuma 3-4 bulan dapet apa kamu di sana…Kamu gak akan cukup paham tentang pekerjaan yang kamu geluti?”
Hoh saya agak sedikit memanas “Memang untuk benar-benar mengerti dan memahami sesuatu tidak butuh waktu sebentar. Tapi kenapa melulu diukur dari waktu saja. Memang waktu juga bisa menentukan kepandaian, dan tingkat pengalaman seseorang tapi kan tidak mutlak. Ada hal lain yang bisa menunjang. Bagi saya kalopun pada akhirnya hanya sanggup bertahan 4 ato 3 ato 2 ato bahkan 1 bulan saja, itu tetap pengalaman berharga. Saya tetap dapat sesuatu dari situ. Tetap belajar dari itu. Tergantung bagaimana saya memaknai, memahami tiap jam, menit, bahkan detik ketika saya melakukan sesuatu, bekerja, berbicara dengan orang (entah itu Kurator, pelukis, kolektor, PR, marketing ato tukang becak sekalipun). Bahkan apapun yang saya lihat dan saya dengar itu adalah sesuatu. Dan satu lagi, saya bisa makin mengerti dan paham bukan berarti saya harus bekerja di situ dalam rentang waktu yang lama. Bukan hal yang tidak mungkin kalo tiba-tiba saya mendapat kesempatan di tempat lain dengan bidang yang sama. Going the flow ajalah… yang di depan itu kan masih misteri. Toh pada dasarnya sekarang ini saya juga sedang bersiap-siap untuk mandiri. Hehe tapi menabung dulu, siapkan modal gitu biar nantinya bisa menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri dan sukur-sukur orang lain juga.
“Jadi jangan bilang 3 ato 4 bulan kamu tidak dapat apa-apa. Oke.”

Regards

2 comments:

vhiena said...

janGan takut untuk mencoba sesuatu.. apapun hasilnya pasti bermanfaat bt kita... inget ja tujuan utama kmu bekerja selama ini itu pasti bisa bt semangat kmu dek ,,,

Anggraeni Ayu said...

Makasi mb Pheena sayang....
Yes!!!! Aku uda berhasil buktiin ke mas Dei mba. Aku bisa lewatin bulan pertama, kedua, ketiga dan aku malah bisa bertahan ampe sekarang 8 bulan.