Friday 10 July 2009

Poems of Kabir (16-17)

Bulan Juli adalah kematian bagi saya.
Terutama rasa. Saya mati rasa, benar-benar sudah hilang rasa. Tak ingat dan bahkan tak sanggup lagi, sekalipun mengasihani diri sendiri. Cukup lama saya tak sadar akan hal itu hingga akhirnya seorang sahabat memaksa saya membaca sebuah buku, saduran dan ulasan oleh Anand Krishna.
"Saya tidak tertarik!" Saya malas mendengar, membaca segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta.
"Ini lain. Baca dulu! Buka acak" Dia tetap menyodorkan dan memaksa saya membaca.
Dan benar saya turuti. Saya buka acak, lalu sampailah saya di halaman 16. "Tuh kan..." Saya bermaksud menutup dan mengembalikan buku itu tapi dia tetap memaksa saya untuk memegang dan membaca keras. Hufh...terpaksa saya lakukan hal itu.
Saya kutipkan bait puisi (dalam bahasa Indonesia) yang saya baca dari buku "Jalur Sutra Cinta"

Kasih, ke mana kau mencari Ku?
Aku berada di sampingmu.
Aku tidak berada di kuil, tidak di masjid, tidak di Kaaba, tidak di Kailash pula,
Kau tak akan menemukan Ku lewat upacara
Tidak pula di latihan dan pengasingan diri dari dunia.
Bila kau sungguh mencari, kau akan menemukanKu di sini, sekarang juga.
"Wahai Jiwa Tenang, Tuhan berada dalam setiap napasmu,"
demikian Kabir berkata.

Saya takjub, terharu dan merasa dicerahkan. Pelan-pelan hati saya mulai terbuka, mencoba mencicipi makna di balik syair-syair ini (sangat pribadi dan tak dapat saya publikasikan).

Yang jelas puisi-puisi dalam buku ini mampu mengantar manusia menemukan pencerahan.

-->Special thanks to kaka and Nugroho Angkasa

1 comment:

Unknown said...

Happy 4 U dear sister if the book can be a medium to go within, to wake up our inner feeling.

Thanks to Kabir, Rabridranath Tagore dan Bapak Anand Krishna who has translated and interpreted those love poems.

Wish U all the best.